Oleh : Nilma Yola
Tak sia-sia rasanya semalam aku
ikut menikmati malam menyaksikan Indonesia Lawyers Club, tempat berkumpulnya
orang-orang politisi dan pejabat pemerintahan yang konon katanya “pintar-pintar”.
Salah satu bagian yang paling saya sukai dalam acara ILC tersebut adalah disaat
terjadinya debat kusir antar hadirin yang datang, engan Karni iLyas sebagai
moderator, yah mungkin nasib mujur juga yang diperoleh olrh beliau sehingga
bisa merasakan berada di tengah-tengah orang-orang berdasi tersebut. Anwar Fuadi,
muncul dengan pembelaan terhadap sahabatnya Wanda Hamidah, selain itu Henry
Yosodiningrat ketika menyampaikan kritikan pedasnya terhadap BNN sangat merajai
forum ketika itu, namun tidak lama berselang anggota DPR dari fraksi “X” muncul
seolah menunjukkan kehebatannya, muncul dengan bacaan pasal-pasal dan
hokum-hukum dalam undang-undang (text book) seolah menunjukkan kehebatannya
dalam menguasai perundangan yang ada. Dengan suara keras dan percaya diri
beliau yang terhormat mengungkapkan tentang sudah diaturnya zat baru yang
ditemukan pada kasus Raffi dkk, namun malangnya Dr. Lulu Kamal ketika itu
mencoba meluruskan bahwa zat yang sudah diatur dalam undang-undang itu berbeda
unsure dengan senyawa yang sempat dijelaskan oleh ketua BNN tersebut, hadirin
pun tertawa menyaksikan anggota DPR yang kelihatan bloonnya itu. Dari
penampilan semalam dapat saya petik pelajaran bahwa subjektivitas dalam
jaringan itu sangat perlu, teringat saya ucapan dosen saya Bapak Muhammad ilham
Fadli bahwa inti dari perpolitikan itu kepentingan dan kekuasaan. Dan untuk
mencapainya, seperti yang disampaikan Bapak Irhash A. Shamad orang-orang akan
melakukan apa saja agar kepentingannya itu tercapai. Melihat pergiliran
perdebatan itu semua membuat aku juga bersemangat untuk mencoba menjajal dunia
perpolitikan juga, ingin rasanya saya suatu saat nanti duduk di forum ILC itu
dan menantang Karni Ilyas berposisi sebagai peserta juga, atau mungkin suatu
saat nanti saya yang akan menggantikannya sebagai moderator disana. Perdebatan itu
memperlihatkan keaslian dari para pejabat yang selama ini sering kita
banggakan, mengutip peribahasa teman saya dahulu : lebih baik diam daripada
berbicara namun kelihatan begoknya. Haha, itulah pesan yang ingin saya
pesankan kepada pejabat yang berbicara tak ada dalilnya, namun berusaha tampil
hebat di mata publik.