1. Latar
Belakang Bangkitnya Nasionalisme di Indonesia yaitu :
Sejak abad 16, Indonesia bangsa" eropa
seperti bangsa Portugis, Spayol, Belanda, dan Inggris. dalam perkembangannya
mereka tidak hanya ingin berdagang tetapi juga ingin menguasai indonesia. sejak
itu terjadi perjuangan utk mengusir penjajah yg seperti dilakukan oleh Sultan
ageng tirtayasa, Sultang agung, Sultan hasanudin, dll. walaupun dlm waktu yg
lama Belanda dpt menaklukkan Indonesia.
A. faktor
Internal
Terdapat
beberapa factor internal yang menyebabkan menggelegarnya semangat bangsa
Indonesia untuk segera lepas dari penjajahan Belanda yang sudah berabad-abad
lamanya, yaitu ;
a. Kejayaan Bangsa
Indonesia sebelum Kedatangan Bangsa Barat
Sebelum kedatangan bangsa Barat, di wilayah Nusantara sudah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Mataram dan Majapahit. Kejayaan masa lampau itu menjadi sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
Sebelum kedatangan bangsa Barat, di wilayah Nusantara sudah berdiri kerajaan-kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Mataram dan Majapahit. Kejayaan masa lampau itu menjadi sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu penjajahan.
b. Penderitaan Rakyat akibat Politik Drainage(Pengerukan
Kekayaan)
Politik drainage itu mencapai puncaknya ketika diterapkan sistem tanam paksa yang dilanjutkan dengan system ekonomi liberal.
Politik drainage itu mencapai puncaknya ketika diterapkan sistem tanam paksa yang dilanjutkan dengan system ekonomi liberal.
c. Adanya Diskriminasi Rasial
Diskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia bagi kaum pribumi.
Diskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidang pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia bagi kaum pribumi.
d.
Munculnya Golongan Terpelajar
Pada awal ke-20, pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah kolonial. Hal itu sejalan dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah modern, mereka dapat mempelajari berbagai ide-ide dan paham-paham baru yang berkembang di Barat, seperti ide tentang HAM, liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
Pada awal ke-20, pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari pemerintah kolonial. Hal itu sejalan dengan diterapkannya politik etis. Melalui penguasaan bahasa asing yang diajarkan di sekolah-sekolah modern, mereka dapat mempelajari berbagai ide-ide dan paham-paham baru yang berkembang di Barat, seperti ide tentang HAM, liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
e. Politik
Etis
Condrad Theodore Van
Deventer adalah orang Belanda yang bekerja di Indonesia. Pada tahun
1899 menulis karangan berjudul Gen Ereschul (hutang budi).
Akibat dari diberlakukannya Undang-Undang Agraria tahun 1870,
rakyat Indonesia makin miskin dan
menderita sedangkan Belanda memperoleh keuntungan kas yang kosong akibat
perang. Oleh sebab itu, Condrad Theodore Van Deventer
mendesak untuk dilaksanakan politik etika di Indonesia, yaitu politik yang harus dilaksanakan untuk
mendidik dan memakmurkan bangsa Indonesia.
Secara tidak langsung
politik etis berhasil mengkristalkan rasa dendam bangsa Indonesia terhadap
Belanda sejalan dengan kemajuan media, komunikasi dan transportasi. Hal yang
patut dicatat dalam politik etis adalah pembentukan Volksraad atau Dewan Rakyat.
Melalui Volksraad kaum intelektual pribumi yang mewakili rakyat Indonesia
dipersatukan dari berbagai daerah. Dengan demikian terbukalah kerja sama dan
persatuan di antara mereka untuk memikirkan cita-cita nasional bersama yakni
memperjuangkan kemerdekaan rakyat Indonesia.
f. Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Perkembangan sistem
pendidikan pada masa Hindia Belanda tidak dapat dipisahkan dari politik etis.
Ini berarti bahwa terjadinya perubahan di negeri jajahan (Indonesia) banyak
dipengaruhi oleh keadaan yang terjadi di negeri Belanda. Tekanan datang dari
Partai Sosial Demokrat yang di dalamnya ada van Deventer. Pada tahun 1899, Mr.
Courad Theodore van Deventer melancarkan kritikan-kritikan yang tajam terhadap
pemerintah penjajahan Belanda. Kritikan itu ditulis dan dimuat dalam jurnal
Belanda, de Gids dengan judul Een eereschuld yang berarti hutang budi atau
hutang kehormatan. Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa kekosongan kas
negeri Belanda telah dapat diisi kembali berkat pengorbanan orang-orang
Indonesia. Oleh karena itu, Belanda telah berhutang budi kepada rakyat
Indonesia. Untuk itu harus dibayar dengan peningkatan kesejahteraan melalui
gagasannya yang dikenal dengan Trilogi van Deventer. Apakah kalian masih ingat
dengan isi Trilogi van Deventer? Politik yang diperjuangkan dalam rangka
mengadakan kesejahteraan rakyat dikenal dengan nama politik etis. Untuk
mendukung pelaksanaan politik etis, pemerintah Belanda mencanangkan Politik
Asosiasi dengan semboyan unifikasi. Politik Asosiasi berkaitan dengan sikap
damai dan menciptakan hubungan harmonis antara Barat (Belanda) dan Timur
(rakyat pribumi). Dalam bidang pendidikan, tujuan Belanda semula adalah untuk
mendapatkan tenaga kerja atau pegawai murahan dan mandor-mandor yang dapat
membaca dengan gaji yang murah. Untuk kepentingan tersebut Belanda mendirikan sekolah-sekolah
untuk rakyat pribumi. Dengan demikian, jelaslah bahwa pelaksanaan politik etis
tidak terlepas dari kepentingan pemerintah Belanda. Sistem pengajaran kolonial
dibagi dalam dua jenis yaitu pengajaran pendidikan umum dan pengajaran
kejuruan. Keduanya diselenggarakan untuk tingkat menengah ke atas.
g. Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan di Indonesia juga banyak diwarnai oleh
pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada tiga macam jenis pendidikan Islam di
Indonesia yaitu pendidikan di surau atau langgar, pesantren, dan madrasah.
Walaupun dasar pendidikan dan pengajarannya berlandaskan ilmu pengetahuan agama
Islam, mata pelajaran umum lainnya juga mulai disentuh. Usaha pemerintah
kolonial Belanda untuk memecah belah dan Kristenisasi tidak mampu meruntuhkan
moral dan iman para santri. Tokoh-tokoh pergerakan nasional dan pejuang muslim
pun bermunculan dari lingkungan ini. Banyak dari mereka menjadi penggerak dan
tulang punggung perjuangan kemerdekaan. Rakyat Indonesia yang mayoritas adalah
kaum muslim ternyata merupakan salah satu unsur penting untuk menumbuhkan
semangat nasionalisme Indonesia. Para pemimpin nasional yang bercorak Islam
akan sangat mudah untuk memobilisasi kekuatan Islam dalam membangun kekuatan
bangsa.
h. Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Berkembangnya sistem pendidikan Barat melahirkan golongan
terpelajar. Adanya diskriminasi dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya
kesempatan bagi penduduk pribumi untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum
terpelajar untuk mendirikan sekolah untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga
dikenal sebagai sekolah kebangsaan sebab bertujuan untuk menanamkan rasa
nasionalisme di kalangan rakyat dan mencetak generasi penerus yang terpelajar
dan sadar akan nasib bangsanya. Selain itu sekolah tersebut terbuka bagi semua masyarakat
pribumi dan tidak membedakan dari kalangan mana pun. Tokoh-tokoh pribumi yang
mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman
Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan Moh. Syafei mendirikan
perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam (INS Kayu Tanam).
Berikut ini akan dibahas sekolah-sekolah kebangsaan tersebut. Taman Siswa
didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli
1922. Ksatrian Institut atau Ksatrian School didirikan di Bandung pada tahun
1924 oleh Douwes Dekker atau Danudirjo Setyabudi.
i. Dampak
Pendidikan Luar Negeri
Selain tindakan yang keji dan kotor dari pemerintah kolonial,
ternyata pendidikan yang dialami oleh putra-putra Indonesia di luar negeri
membangkitkan semangat baru untuk mengusir penjajah. Dalam hal ini para pelajar
di luar negeri atau yang telah berhasil kembali dari luar negeri mengobarkan
semangat rasa tidak puas rakyat terhadap pemerintah kolonial. Secara serentak
kaum terpelajar tersebut menerima tanggung jawab menjadi pemimpin organisator
semangat nasionalisme rakyat Indonesia.
j. Islam Sebagai Pemersatu
Mayoritas rakyat Indonesia adalah
kaum Muslim. Dengan jumlah yang demikian besar, ternyata Islam merupakan satu
unsur penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme Indonesia. Karena
bagaimanapun para pemimpin nasional akan sangat mudah untuk memobilisasikan
kekuatan Islam sebagai alasan dalam menghimpun kekuatan.
k. Bahasa melayu
sebagai pemersatu
Di samping mayoritas bangsa
Indonesia beragama Islam, Indonesia pun memiliki bahasa pergaulan umum (lingua
franca) yakni bahasa Melayu. Dalam sejarah perkembangannya bahasa Melayu
berubah menjadi bahasa persatuan nasional Indonesia, setelah dikeramatkan dalam
trilogi Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Dengan posisi sebagai
bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana penting untuk mensosialisasikan
gagasan dan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh pelosok Indonesia.
l.
Perkembangan komunikasi dan media
semakin lancar sehingga rakyat semakin cepat mengetahui keadaan
politik sesungguhnya yang terjadi di Belanda pada satu pihak dan dipihak lain,
rakyat dalam waktu singkat dapat mengetahui sikap-sikap yang kurang adil dan
kejam dari pejabat dan pegawai Belanda.
m.
Dominasi Ekonomi Kaum
Kekesalan pedagang pribumi ditujukan langsung terhadap kaum
pedagang keturunan nonpribumi, khususnya kaum pedagang Cina. Kristalisasi
kekesalan kaum pedagang pribumi mencapai titik kulminasi ketika keturunan Cina
mendirikan perguruannya sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901.
Peristiwa itu mendorong persatuan yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi
untuk menghadapi secara bersama pengaruh dari pedagang yang bukan pribumi,
khususnya kaum pedagang keturunan Cina.
n.
Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘
berasal dari kata India (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa
Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia.
Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya
setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti G.R. Logan, Adolf Bastian,
van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain.
B. Factor Eksternal
Lahir dan berkembangnya nasionalisme Indonesia juga didorong
oleh faktor-faktor ekstern, antara lain berikut ini :
a)
Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1904-1905)
Kemenangan Jepang dalam Perang
Rusia-Jepang telah berhasil mengguncangkan dunia. Kemenangan Jepang tersebut
berhasil menggugah kesadaran bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk melawan
penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
b)
Kebangkitan Nasionalisme Negara-Negara Asia-Afrika
Kebangkitan nasional
bangsa-bangsa Asia-Afrika memberikan dorongan kuat bagi bangsa Indonesia untuk
bangkit melawan penindasan pemerintahan kolonial. Revolusi Tiongkok (1911) dan
pementukan partai Kuomintang oleh Sun Yan Set yang berhasil menjadikan Cina
sebagai negara mereka pada tahun (1912).
c) Masuknya Paham-Paham Baru
Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme muncul setelah terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Hubungan antara Asia dan Eropa menyebabkan paham-paham itu menyebar dari Eropa ke Asia, termasuk ke Indonesia.
Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme muncul setelah terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Hubungan antara Asia dan Eropa menyebabkan paham-paham itu menyebar dari Eropa ke Asia, termasuk ke Indonesia.
d) Partai
Kongres India
Dalam melawan Inggris
di India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National
Congress (Partai Kongres India), atas inisiatif seorang Inggris Allan Octavian
Hume pada tahun 1885. Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini kemudian
menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha, dan
Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna yang
memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
e)
Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan
jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah
Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan
nasional dengan mendirikan Liga Filipina. Pada tahun 1892 Jose Rizal melakukan
perlawanan bawah tanah terhadap penindasan Spanyol. Tujuan yang ingin dicapai
adalah bagaimana membangkitkan nasionalisme Filipina dalam menghadapi
penjajahan Spanyol. Dalam perjuangannya Jose Rizal dihukum mati pada tanggal 30
Desember 1896, setelah gagal dalam pemberontakan Katipunan. Sikap patriotisme
dan nasionalisme yang ditunjukkan Jose Rizal membangkitkan semangat rela
berkorban dan cinta tanah air bagi para cendekiawan di Indonesia
f) Gerakan
Nasionalisme Cina
Dinasti Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun
1644 sampai 1912. Dinasti ini dianggap dinasti asing oleh bangsa Cina karena
dinasti ini bukan keturunan bangsa Cina. Masuknya pengaruh Barat menyebabkan
munculnya gerakan rakyat yang menuduh bahwa Dinasti Manchu sudah lemah dan
bekerja sama dengan imperialis Barat. Oleh karena itu muncul gerakan rakyat
Cina untuk menentang penguasa asing yaitu para imperialis Barat dan Dinansti
Manchu yang juga dianggap penguasa asing. Munculnya gerakan nasionalisme Cina
diawali dengan terjadinya pemberontakan Tai Ping (1850 – 1864) dan kemudian
disusul oleh pemberontakan Boxer. Gerakan ini ternyata berimbas semangatnya di
tanah air Indonesia
g) Gerakan
Turki Muda
Gerakan nasionalisme di
Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan
Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala
sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis
bagi pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan
modernisasi.
2. Dinamika
social pada masa pergerakan, akhir kekuasaan Hindia Belanda dan masuknya Jepang
ke Indonesia !
Jawaban :
Sebelum
dicanangkannya program Politik Etis, kondisi social masyarakat Indonesia sangat
memprihatinkan sekali. Apalagi ketika di laksanakannya program tanam paksa yang
sangat merugikan masyarakat. Dimana yang harus ditanam oleh rakyat adalah
kebutuhan yang dibutuhkan oleh Belanda. Semua hasil kebun itu dibeli Belanda
dengan harga yang sangat murah sekali, otomatis hal itu merugikan masyarakat
sendiri.
Namun,
setelah dicanangkannya politik etis di Indonesia dengan diluncurkannya tiga
program unggulan yaitu : pendidikan, transmigrasi dan irigasi. Melalui program
inilah masyarakat memperoleh peluang untuk mengenal pendidikan dan pengetahuan,
yang dahulu sangat jauh sekali dari masyarakat khususnya masyarakat pri bumi.
Bahkan yang lebih parahnya lagi imbas dari hal itu menyebabakan bangsa
Indonesia booh karena sebagaian besar mengalami buta huruf. Menciptakan benang
pembatas antara si pintar dengan si bodoh.
Setelah
diperolehnya pendidikan oleh rakyat pri bumi, kemudian lahirlah tokoh-tokoh
yang mendobrak semangat nasionalisme di Indonesia. Misalnya saja, di jawa
dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, munculnya
lembaga-lembaga pendidikan kewanitaan di sumatera dan jawa, serta munculnya lembaga-lembaga
yang awalnya berorientasi pendidikan kemudian berubah kepada poilitik
perjuangan kemerdekaan.
Semangat
pendidikan tersebut memunculkan berbagai macam lembaga pendidikan yang
menfasilitasi masyarakat untuk lebih maju. Seperti sekolah pendidikan wanita
oleh Rahmah el-Yunusiyah, dewi sartika, dll. Taman siswa yang di bangun oleh Ki
Hajar Dewantara. Sekolah sarekat islam oleh Tan Malaka. Kesatrian Institut oleh
E.F.E. Douwes Dekker, Ruang pendidikan INS Kayutanam oleh Moh. Safei
(1897-1969). Perguruan Rakyat dipimpin oleh Mr. Sunario (1928), dll.
Munculnya
politikus nasionlis tersebut merupakan imbas dari salah kaprahnya pemerintahan
Belanda akan untung yang mereka capai dari dilaksanakannya politik etis,
awalnya mereka berharap dengan adanya politik etis tersebut akan menguntungkan
mereka memepekerjakan pegawai pribumi dengan gaji yang murah. Namun, justru
jadi boomerang buwat pertahanan
mereka.
Setelah kaum
intelektual pribumi bertumpah ruah, banyak diantara mereka yang berkedudukan di
tempat-tempat pemerintahan. Berkat pendidikan yang mereka peroleh, memberikan
kesempatan bersaing dengan kaum priyai untuk mendapatkan posisi strategis dalam
pemerintahan. Semua itu menyebabkan terjadinya Indonesianisasi di pemerintahan
Belanda. Hanya saja, semakin banyak kaum terpelajar juga terdapat efek
sampingnya, persaingan mendapatkan peluang bekerja membuat mereka bersaing satu
sama lainnya.
Namun, semua
itu tidak berlangsung lama Indonesia bisa memanfaatkan situasi yang ada demi
tercapainya tujuan kemerdekaan. Tanggal 8 maret 1942 Belanda menyerah tanpa
syarat kepada Jepang, dan bergantilah pucuk pimpinan di Indonesia dari Belanda
kepada Jepang. Namun situasinya sama saja, bahkan lebih parah malahan.
Dari
penjabaran berikut ini dapat dilihat gambaran pemerintahan Jepang di Indonesia.
Awal pendudukannya, Jepang bertindak lunak terhadap kaum pergerakan nasional,
katanya mereka memerlukan kekuatan rakyat Indonesia untuk membasmi bangsa Barat
dari bumi Asia ini. Rakyat diperbolehkan mengibarkan bendera Merah Putih dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya, hal itu bertujuan untuk menarik simpati
masyarakat Indonesia.
Satu hal
yang sangat disayanagkan, barisan propaganda Jepang (sendenbu)I sangat
aktif dalam menarik simpati rakyat. Sehingga, antara kaum pejuang terdapat dua
perbedaan pendapat menilai Jepang. Golongan tua berjuang bersama Jepang dengan cara legal, sedangkan golongan muda
bergerak dengan cara illegal menyusun taktik mengusir Jepang dari Indonesia.
Jadi, apa
yang dilarang oleh Belanda ternyata malah diberikan oleh Jepang. Walaupun
demikian, bangsa Indonesia masih dapat memanfaatkan celah-celah dari akibat
penjajahan tersebut. Dari penjajahan Jepang kita bisa memanfaatkan hasil
latihan fisik (bersenjata) yang bisa digunakan untuk menyerang mereka sendiri.
Artinya, kita dilatih kemiliteran oleh Jepang, tapi digunakan untuk melawan
Jepang sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar