Hai Dear, wellcome to my Blog

Selasa, 01 September 2020

Oppa Korea, Racun Generasi Muda

             Saat ini, siapa yang tidak kenal dengan pemain drama dari Korea, yang dijuluki dengan Oppa. Sesungguhnya, mereka adalah racun sejati bagi pecinta drams, khususnya generasi masa kini. Kenapa dikatakan demikian ? Sebab, hampir sebagian waktu generasi muda yang perempuan menghabiskan waktu mereka demi mengagumi atau dikenal dengan istilah "bias" kepada para aktor tersebut.


Lee Min Hoo


Ji Chang Wook


Kim Soo Hyun


         Bahkan, mereka rela duduk depan laptop atau handphone hanya untuk menyaksikan bias mereka tampil di acara yang sedang ditayangkan. Tidak hanya itu, mereka rela mengoleksi semua jenis asesoris atau pernak pernik yang ada foto idola mereka. Parahnya lagi, ada juga kaum perempuan yang sudah bersuami menganggap idola mereka sebagai "suami" halu di dunia maya.

         Jika hal ini berkelanjutan, dikhawatirkan generasi muda ini, memperoleh dampak negatif terhadap perkembangan mental dan psikologis. Sebab, dalam otak mereka sudah tertanam pearasaan memiliki yang "mungkin" akan membuat mereka menginginkan sosok calon pendamping mereka seperti oppa tersebut. Atau, bisa juga mereka tidak peduli lagi dengan pendidikan serta masa depan, mereka inginnya hanya menikmati tontonan atau selalu membersamai para bias tersebut, yang berujung pada khayalan yang tak mungkin akan bisa diwujudkan.

Sabtu, 29 Agustus 2020

Perempuan dalam Ranah Jodoh dan Pendidikan Islam


             
            Mungkin ada sebagian perempuan, selalu merasa bahwa dia adalah kaum marjinal setelah laki-laki. Kenapa demikian, karena rat-rata laki-laki menganggap wanita ada dibawah mereka tingkatannya, hanya beberapa orang saja yang memuliakan wanita yang ada disampingnya.

              Padahal dalam al-Quran QS.Al-Azhab: 35, Allah sudah menjelaskan bahwasanya antara laki-laki dan perempuan itu sama, bahkan Allah tidak membedakan balasan atau pahala yang diperbuat oleh masing-masing mereka. 
              Dalam hadist yang diriwayatkan oleh an-Nasai (Ibn al-Atsir, juz XII, hal.142, no. hadist : 8974), bahwasanya dahulu ada seorang remaja mengadu pada Rasulullah, tentang ia dikawinkan tanpa seizin dirinya. Lalu Rasulullah memanggil ayahnya perempuan itu, dan menyerahkan hak pilih kepada perempuan tersebut. Dalam riwaya lain dijelaskan nama perempuan itu adalah hansa r.a.

            Tidak hanya itu, dalam hal pendidikan Rasulullah bahkan mengkhususkan hari untuk mengajar mereka, sebagaimana yang diriwayatkan dalam Kitab Ibnu al-Atsir, juz X, hal 359, nomor hadist 7340.
"Wahai Rasul, para lelaki telah jauh menguasai pelajaran darimu, bisakah kamu peruntukkan waktu khusus untuk kami perempuan, untuk mengajarkan apa yang kamu terima dari Allah?. Nabi menjawab:"Ya. berkumpullah pada hari ini dan ditempat ini". Kemudian para perempuan berkumpul ditempat yang telah ditentukan dan belajar dari Rasulullah tentang apa yang diterima dari Allah SWT.

            Kisah-kisah diatas menunjukkan bahwa beberapa ayat dan teks hadist muncul atas pertanyaan-pertanyaan yang di ucapkan oleh perempuan. Seperti dalam hal persetujuan pernikahan atau pendidikan, tentu saja hak tersebt tidak boleh sampai melampaui batas kewajaran.

Wallahu a'lam bi sawab..

Senin, 24 Agustus 2020

Dari Kerajinan Amai SEtia, hingga Kerajinan Tali Kur

              Dahulu, zaman penjajahan Belanda perempuan tidak boleh pintar. Harus dirumah saja, urus keluarga. Hingga muncullah gerakan-gerakan perlawanan dari kaum perempuan, salah satunya dari daerah Koto Gadang, Kabupaten Agam. Diprakarsai oleh Rakena Putri. Mereka mendirikan sebuah perkumpulan usaha yang diberi nama dengan Kerajinan Amai Setia, pada tahun 1911.

          Perjuangan yang mereka lakukan tidaklah mudah, bermacam rintangan dilalui oleh para perempuan masa itu. Mereka menghasilkan beragam kerajinan, kemudian dijual, hingga perempuan perempuan tersebut memiliki penghasilan meskipun tidak sekolah.

              Melihat semangat juang mereka, selaku generasi muda saat ini, saya merasa tergugah untuk tetap melanjutkan perjuangan mereka, dengan membuat beragam kerajinan menarik dari rumah. Kali ini, saya memilih kreasi macrame berbahan tali kur dan benang rajut.



          Menurut saya, perempuan harus punya kemampuan, untuk menjadi tameng bagi dirinya sendiri. Zaman sekarang, semua sudah bebas nerekspresi, dan akses juga sangat dipermudah. Tidak ada kendala lagi yang menjadi alasan untuk perempuan hanya berpangku tangan dirumah, menanti jatah uang belanja dari suami.



              Kita juga bisa menjadi pejuang tangguh, meskipun hanya dirumah saja kita bisa memperoleh penghasilan, minimal untuk memenuhi kebutuhan kita sehari hari. Saat ini, bahkan sudah banyak kelompok atau grup grup yang memberikan pelatihan kepada peremouan, yang mau berusaha untuk merubh nasib diri. Bahkan ada yang memberikan pelatihan secara gratis, apa lagi yang menjadi kendala bagi kita. Tinggal semangat yang harus kita munculkan dari diri pribadi kita untuk berani mengambil langkah untuk merubah nasib kita depan.

Persandingan Tiga Budaya, dalam Satu Lokasi

           Kalau terdengar kata "Korea", yang terbayang oleh kita adalah penampilan "oppa" ganteng nan menawan. Baik itu dalam drama ataupun music populer yang digandrungi oleh generasi muda saat ini. Bagi penikmat drama Korea, tentu ada kalanya kita punya keinginan untuk bisa berkunjung ke negara tersebut. Bisa saja dengan mempersiapkan tabungan yang lebih, agar bisa berada langsung di negara "kimchi".

          Namun, sekarang untuk melepaskan rindu kita tak perlu langsung terbang kesana, di negara kita sudah ada tempat wisata yang dibuat menyerupai suasana di Korea. Salah satunya di Harau yang sudah dikenal dari dulu sebagai lokasi wisata yang banyak dikunjungi oleh pelancong.

      Berdampingan dengan miniatur perkampungan Korea, juga ada destinasi Kampung Jepang. DIsini untuk masuk ke spot tersebut dikenakan biaya tersendiri pada masing-masing pengunjung. Jadi, sekali kunjungan kita bisa menikmati 3 spot wisata yang tersedia, yakni Rumah Gadang sarosah, Kampung Korea, juga nuansa perkampungan Jepang.


gb. google

        Disini kita juga bisa memakai pakaian adat Korea, ada petugas khusus yang menyewakan kepada pengunjug pakaian tersebut. Lengkap sudah, kita bisa berfoto ala- ala Korea memakai pakaian Korea asli.

           Namun, disisi lain penulis juga sangat menyayangkan, kehadiran destinasi wisata baru ini dapat mengurangi minat generasi muda dan masyarakat umum, akan ketertarikan pada kearifan lokal. Alangkah baiknya jika pembangunan destinasi wisata kampung Korea-Jepang ini juga diimbangi dengan penambahan destinasi kearifan lokal minangkabau, seperti pertunjukan tari-tarian, diadakan di tengah lapngan, yang akan memotivasi generasi muda untuk kembali mengembangkan kearifan lokal budaya setempat.

Minggu, 23 Agustus 2020

Senja yang Terbangun Kembali

 Hai,, followers aku..

long time no see..

Sudah 2 tahun aku tertidur di kenikmatan hembusan angin membelai kelopak mata.

Sekarang, aku kembali lagi. semoga aku bisa menghasilkan ragam tulisan yang bisa memberikan inspirasi bagi kalian.

Salam sayang, Nilma Yola ðŸ‘„