A.
Liminalitas
Sumbangan utama dari Victor Turner
terletak pada usaha pemahaman ekspresi agama yang berupa konsep mengenai proses
yang ada dalam upacara. Konsepnya mengenai liminalitas sebagai suatu jembatan
penghubung; yaitu yang tidak berstruktur, bersifat transisi, dan merupakan
suatu tingkat atau fase tanpa klasifikasi, merupakan pencerminan dari
pandangannya mengenai upacara dan agama sebagai suatu sistem yang bersifat
formatif dan reflektif. Dengan melalui fase liminalitas, upacara mendasari
suatu proses transformasi dan yang secara bersamaan mengabsahkan kembali
kategori-kategori lama yang bersifat struktural dan yang sementara itu juga
berfungsi sebagai “pusat kekuatan pendorong bagi berbagai kegiatan” bagi
penciptaan bentuk-bentuk baru dari konsep-konsep yang bersifat struktural.
Dengan demikian, hubungan antara
upacara dengan struktur sosial terletak pada kesanggupan dari upacara untuk
dapat menempatkan dirinya diatas kedudukan satuan struktur sosial dengan
melalui fase liminal atau fase anti-struktural. Sehingga, hubungan antara
upacara dengan struktur sosial tersebut memungkinkan untuk dapat tetap hidup
dan menyerapnya upacara tersebut dalam berbagai kegiatan sekuler yang
terstruktur yang terletak di luar konteks upacara itu sendiri. Dalam hal ini
upacara berperan sebagai pedoman bagi semua fase-fase dan semua aspek-aspek
pengalaman kebudayaan dengan melalui berbagai bentuk proses yang dilalui oleh setiap
individu. Dengan kata lain, upacara adalah juga suatu sumber bagi penciptaan
ide-ide baru yang didorong untuk dihidupkan pada masa liminal, maupun sebagai
sumber bagi terwujudnya status quo dalam pelaksanaannya.
Jadi,
penulis menyimpulkan turner bahwa mengatakan liminalitas itu kodratnya
menjembatani antara konsep upacara dan agama yang dijadikan media untuk
mentransformasikan keduanya agar masing-masing menduduki tempat yang sesuai dan
tidak bertentangan dengan struktur social yang ada. Perlu diketahui bahwa
liminalitas merupakan titik tengah antara unsure agama, struktur social yang
bertemu dalam upacara Sehingga berkat adanya liminalitas, ketiga unsure
tersebut dapat berjalan beriringan dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Komunitas
Merupakan karakteristik dari orang yang
mengalami liminalitas bersama-sama. Turner berpendapat bahwa adanya kesamaan,
rasa senasib yang nantinya akan memunculkan sebuah kelompok kebersamaan. Turner
(1969, Pg.132) membedakan antara:
·
eksistensial atau spontan communitas, pengalaman pribadi transien
kebersamaan
·
communitas normatif, communitas diatur dalam suatu sistem sosial yang permanen
·
ideologis communitas, yang dapat diterapkan untuk berbagai model sosial utopis
Intinya komunitas terbentuk dikarenakan
adanya hal-hal yang memiliki kebersamaan hingga akhirnya membentuk kelompok
yang memiliki tujuan yang sama dalam menjalani proses kehidupan.
C. Pilgrimage
Merupakan sebuah ritual atau ziarah
yang dilakukan manusia demi mencari ketenangan batin, yang dilakukan dengan
tata cara tertentu. Biasanya dilakukan ke tempat-tempat tertentu yang mana
selain bertujuan untuk mencari ketenangan rohani juga bermanfaat dalam
memunasabah diri manusia dari kesalahan dan dosa di masa lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar