Hai Dear, wellcome to my Blog

Minggu, 10 Februari 2013

"Ternyata, Pak Presiden pernah ditolak juga Cintanya"





12 MEI 1965. Rumah Erham --kakak kandung Heldy-- di Jalan Ciawi III nomer 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, mendadak menjadi perhatian 'orang-orang' Istana Kepresidenan. Seorang diantara mereka masuk ke dalam rumah untuk menyampaikan kabar penting. Kabarnya cukup mengejutkan. Sang Presiden RI, Soekarno, akan datang ke rumah itu sebentar lagi.

"Tolong jika bapak datang, lampu teras dimatikan. Juga lampu dalam ruang tamu." Begitu isi pesan utusan Istana kepada sang pemilik rumah.

Erham, sontak terkejut. Pembesar negara akan datang ke rumahnya untuk menemui Heldy, adik kandungnya. "Kenapa kamu tidak katakan sebelumnya bahwa Presiden akan datang?" tanya Erham kepada Heldy.

Mendengar pertanyaan itu, Heldy lalu menjawab. "Mana saya tahu kalau Presiden serius akan datang ke rumah."

Tak lama kemudian, sebuah mobil VW kodok warna coklat gelap yang dikemudikan Soeparto, berhenti di depan rumah, diiringi dua mobil lainnya. Sang Presiden terlihat turun dari dalam mobil. Inilah kali pertama Soekarno 'apel' di rumah Heldy, gadis yang pernah diajak menari lenso di Istana.

Langkah Soekarno menuju teras rumah Heldy disaksikan pohon kamboja yang saat itu sedang berbunga dan berwarna pink. Lampu teras pun sudah dimatikan, sesuai pesan orang Istana.
Kehadiran Bung Karno, diterima Yus --kakak Heldy yang mendapat tugas untuk menerima tamu. Selanjutnya keduanya masuk ke ruang tamu. Suasana ruang tamu terasa hening. Hanya ada lampu lima watt yang masih menyala di sudut ruangan.

Kali ini Bung Karno tampil agak beda. Tanpa mengenakan peci, sehingga dahinya yang besar dan botaknya kelihatan. Walau begitu, Bung Karno yang berpostur tinggi besar, dengan wajah terawat dan penuh kharisma, mengenakan celana panjang warna hitam, kemeja warna putih lengan pendek dengan kancing bagian atasnya terbuka serta memakai sandal.
Sesaat kemudian, Erham menyalami Bung Karno. Begitu juga H Djafar, ayah kandung Heldy yang kebetulan waktu itu sedang berada di Jakarta.

"Assalamualaikum Pak Haji. Kapan datang dari Kalimantan?" tanya Bung Karno kepada Djafar. Usai menjawab salam Bung Karno dan berjabat tangan, Djafar lalu berbalik arah masuk ke dalam kamar.

Entah mengapa? Kini hanya Erham dan Yus yang menemani Bung Karno. Tak lama kemudian heldy ikut bergabung menemui tamu terhormat. Rupanya, maksud kedatangan Bung Karno ke rumah Heldy, hanya untuk mengutarakan isi hatinya. Ia mengatakan rasa cintanya pada gadis asal Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Saat Bung Karno menyatakan cintanya, Heldy berusaha menolaknya dengan halus dengan pertimbangan bahwa usianya masih muda. Bahkan, Heldy menawarkan kepada Bung Karno agar mencari wanita lain.

Mendengar ucapan Heldy, Bung Karno tidak kesal, apalagi marah. Ia hanya tersenyum, lalu memberikan hadiah yang tersimpan di dalam box. Setelah dibuka, ternyata isinya jam tangan merk Rolex.

Seketika itu juga Heldy mencium tangan presiden. Setelah itu ia pamit ke belakang membuatkan secangkir teh buat sang Presiden. Saat secangkir teh itu disajikan, Bung Karno mengaduknya dengan sendok kecil. "Siapa yang membuat minuman teh?" tanyanya. "Saya sendiri Pak." "Hmm... enak dan pas rasanya. Pintar kamu membuat minuman teh."

Usai menyeruput teh, Bung Karno lalu mengajak Heldy keluar rumah. Tujuannya untuk mencari makan. Heldy satu mobil dengan Bung Karno. Mobil itu dikemudikan Darsono. Sedangkan ajudan presiden, Kol Parto, duduk di sebelahnya. Sementara Erham, kakak kandung Heldy, ikut bersama mobil lainnya.

Nah, dalam perjalanan itulah, Bung Karno lagi-lagi mengeluarkan 'jurusnya'. "Dik, kau tahu... Kau tidak pernah mencari aku, aku juga tidak mencari kau. Tapi Allah sudah mempertemukan kita."

Heldy terdiam. Ia hanya mendengar kata-kata yang keluar dari bibir Bung karno. Betapa tidak, ketika itu usia Heldy baru 18 tahun, sedangkan Bung Karno 64 tahun. Beda 47 tahun.
Lagi-lagi Heldy belum memberikan jawaban kepada sang pria yang lagi kasmaran.
Sumber : Tribunnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar