Ajaran "Panteisme", yang dipopulerkan di Nusantara oleh Hamzah Fansuri
dan muridnya Syamsudin as-sumatrani. Merupakan titik awal pernyataan
akan ajaran wahdatul wujud atau wujudiyah di Nusantara. Dimana ajaran
ini mengajarkan bahwa uhan itu adalah hamba. Merka menganggap segala
sesuatu yang dilakukan oleh hmab juga dilakukan oleh
Tuhan. Itu sangat bertentangan sekali dengan firman allah ta'ala : “
(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu
sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-
pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu.
tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
mendengar dan melihat”. (QS Asy-syura ; 11)
Jika di kaitkan dengan berkembangnya Islam di Nusantara periode awal, tentu akan sangat sulit sekali rasanya masyarakat menerima pemahaman ajaran ini. Jika manusia harus total meninggalkan kehidupan dunianya dan memfokuskan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Hadis Rasul saja mengatakan bahwa : "Kejarlah duniamu seakan engkau aka hidup selamanya, dan kejarlah akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari".
Dari sana dapat kita lihat bahwa, Islam tidak pernah menyuruh manusia untuk menjalankan salah satu bagian saja dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Jadi, dalam panteisme ini dapat dikatakan bahwa ajaran ini terlalu berat untuk di jalani oleh hamba yang non-sufi. Apalagi jika itu diterapkan pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara.
Oleh : Nilma Yola
Jika di kaitkan dengan berkembangnya Islam di Nusantara periode awal, tentu akan sangat sulit sekali rasanya masyarakat menerima pemahaman ajaran ini. Jika manusia harus total meninggalkan kehidupan dunianya dan memfokuskan dirinya untuk beribadah kepada Allah. Hadis Rasul saja mengatakan bahwa : "Kejarlah duniamu seakan engkau aka hidup selamanya, dan kejarlah akhiratmu seolah engkau akan mati esok hari".
Dari sana dapat kita lihat bahwa, Islam tidak pernah menyuruh manusia untuk menjalankan salah satu bagian saja dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat. Jadi, dalam panteisme ini dapat dikatakan bahwa ajaran ini terlalu berat untuk di jalani oleh hamba yang non-sufi. Apalagi jika itu diterapkan pada masa awal penyebaran Islam di Nusantara.
Oleh : Nilma Yola
Tidak ada komentar:
Posting Komentar