Jika kita
berbicara masalah simbol, mungkin keberadaan pisang ambon dalam setiap wejangan
adalah salah satu contoh yang tepat yang masih dipertahankan dalam tradisi
masyarakat Jorong Talaweh, Kenagarian Mungo, Kabupaten 50 Kota. Mengapa
dikatakan demikian ? Karena setelah saya amati beberapa tahun terakhir,
ternyata pisang ambon selalu ada dalam tiap hidangan atau wejangan yang di
sediakan, baik itu dalam acara pesta kenduri, manigo hari, mengantar kolak,
bertamu ke rumah mamak dan lain-lain.
Sebagian
masyarakat berasumsi begini,”Andai pisang tersebut tidak diisikan di baki
maka akan terasa kurang beradat, segan menyegan kita dengan pihak yang ada
acara”. Jika boleh di tafsirkan, seolah keberadaan pisang tersebut
menujukkan adanya raa segan antar orang beradat. Kenapa demikian ? Kita ambil
saja contohnya, ada pesta kenduri di Jorong ini. Dalam adat disana istri dari
mamak rumah atau sumandan wajib membawa “baki” yang didalamnya berisi kue bolu
besar, di tambah bunga kertas, batiah, nasi kunik dan terakhir adalah pisang.
Keberadaan kue bolu saat ini sudah di gantikan dengan kado karena di kuatirkan
akan mubazir jika kue bolu banyak dan tidak ada yang memakannya. Kalau batiah
bisa tahan sampai beberpa hari ke depan jadi keradaannya tetap ada. Nah,
uniknya keberadaan pisang ambon ini justru tidak bisa di gantikan oleh makanan
atau buah apapun. Biasanya sehari sebelum hari “H” pesta, maka sumandn telah
memesan pisang ambon terlebih dahulu dengan kondisi pisang sedikit agak muda
biar pisang tidak cepat membusuk ketika di pamerkan di tengah ruangan.
Tidak hanya
itu, ketika pasangan mempelai selesai mengadakan pesta kenduri akan ada tradisi
“Manjalang mamak”, dimana pasangan mempelai akan mendatangi mamak kedua
belah pihak sebagai rasa terima kasih telah di bantu terlaksananya perhelatan.
Biasanya juga membawa makanan sebagai pertanda berbagi rezeki yang di peroleh
dengan mamak. Dan dalam baki yang di bawa, keberadaan pisang ambon ini juga
sangat penting. Jika tidak di bawa maka akan ada rasa segan dari keponakan
kepada mamaknya, dan akan di anggap tidak beretika. Jadi, disini dapat kita
lihat bahwa keberadaan pisang menjadi simbol yang mewakili keberetikaan dalam
adat di Jorong ini. Andai pisang ambon ini tidak ada, maka akan ada yang kurang
dalam hidangan yang di sediakan.