A.
Sekilas mengenai Partai Amanat Nasional
Kelahiran Partai Amanat Nasional (PAN) dibidani oleh Majelis Amanat Rakyat (MARA), salah satu
organ gerakan reformasi pada era pemerintahan Soeharto,
PPSK Muhamadiyah, dan Kelompok Tebet. PAN dideklarasasikan di Jakarta pada 23
Agustus 1998 oleh 50 tokoh nasional, di antaranya mantan Ketua umum Muhammadiyah
Prof. Dr. H. Amien Rais, , Goenawan
Mohammad, Abdillah Toha, Dr. Rizal Ramli,
Dr. Albert Hasibuan, Toety Heraty, Prof. Dr. Emil Salim,
Drs. Faisal Basri,
M.A., A.M. Fatwa, Zoemrotin, Alvin Lie Ling Piao, dan lainnya.
Sebelumnya pada pertemuan tanggal 5–6 Agustus 1998 di Bogor, mereka sepakat membentuk Partai
Amanat Bangsa (PAB) yang kemudian berubah nama menjadi Partai Amanat Nasional
(PAN). Banyak yang berasumsi bahwa Partai Amanat Nasional merupakan partainya
orang Muhammadiyah, dikarenakan sebagian besar pendiri partai ini merupakan
kadernya ormas Muhammadiyah.
PAN
bertujuan menjunjung tinggi dan menegakkan kedaulatan rakyat, keadilan, kemajuan
material dan spiritual. Cita-cita partai berakar pada moral agama, kemanusiaan,
dan kemajemukan. Selebihnya PAN menganut prinsip nonsektarian dan
nondiskriminatif. Untuk terwujudnya Indonesia baru, PAN pernah
melontarkan gagasan wacana dialog bentuk negara federasi sebagai jawaban atas
ancaman disintegrasi. Titik sentral dialog adalah keadilan dalam mengelola
sumber daya sehingga rakyat seluruh Indonesia dapat benar-benar merasakan
sebagai warga bangsa
B. Sekilas tentang Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad
SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad SAW.(Harun, 1986 : 1)
Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan sudah ada di
nusantara ini jauh sebelum Indonesia merdeka. Tujuan utama Muhammadiyah adalah
mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah.
Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan
kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. (Zar, 2000 : 1)
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial
dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran
Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Akan
tetapi, ia juga menampilkan kecenderungan untuk melakukan perbuatan yang
ekstrem.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran
ayat 104 yang berbunyi: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah
orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,
mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban
organisasi, yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat
gerakan yang niscaya.
C. Hubungan Partai
Amanat Nasional dengan Ormas Muhammadiyah
Asumsi yang mengatakan bahwa Partai Amanat Nasional merupakan
partainya orang Muhammadiyah tidaklah sekedar asumsi belaka. Kita lihat saja,
umumnya pendiri PAN dahulunya rata-rata kader Muhammadiyah. PAN pusat misalnya,
hingga ketua umumnya pun merupakan rintisan kader muhammadiyah yakni Bapak
Amien Rais. Selain itu, banyak lagi kader lainnya yang tidak mungkin disebutkan
satu persatu. Dari sana, terlihat gamblang bahwa awalnya pengurus yang ada
dalam tubuh partai tersebut merupakan kader-kader dari Muhammadiyah. Namun, hal
itu hanya bertahan sementara karena kita lihat saat ini kebanyakan pengurus PAN
itu sendiri tidak lagi kader-kader dari Muhammadiyah.
Setelah penulis lakukan beberapapengamatan dari buku serta
interview dengan saudara Febri Elbi Saputra dan kakanda Ari Prima yang
merupakan ketua Pimpinan daerah Muhammadiyah kota Bengkulu dan kader
Muhammadiyah Kota Padang mengenai alasan tersebut berpendapat bahwa :
a.
Muhammadiyah tidak pernah punya partai politik.
Alasannya, muhammadiyah merupakan sebuah instansi social yang
bergerak demi kemaslahatan ummat bukan untuk kepentingan politik.
b.
Muhammadiyah tidak pernah melarang kadernya untuk
berpolitik aktif dalam partai, namun itu atas nama individu bukan organisasi.(Rais,
1985 : 23-25) Dapat kita katakan bahwa kader muhammadiyah bebas memilih partai
mana yang akan di masukinya, sehingga saat ini jarang kader Muhammadiyah yang
masih aktif di PAN, dikarenakan kader Muhammadiyah banyak yang memilih aktif di
partai politik selain dari PAN.
c.
Pada pemilu ’99 Muhammadiyah mendukung PAN sebagai
partai yang banyak diisi oleh kader-kadernya dikarenakan itu bentuk dukungan
yang dilakukan kepada Amien Rais sebagai ketua umum Muhammadiyah yang
mencalonkan diri sebagai calon presiden kala itu. Setelah kekalahan Amien Rais
dalam pemilihan presiden tersebut, maka pada Mukhtamar Muhammadiyah berikutnya
diumumkan lagi bahwa Muhammadiyah kembali pada perspektif awal bahwasanya
Muhammadiyah tidak boleh lagi terlibat aktif dalam partai politik. Setelah itu,
Muhammadiyah resmi tidak terlibat lagi dalam partai politik PAN. Hanya saja,
PAN meletakkan Amien Rais selaku Mantan ketua umum Muhammadiyah sebagai Pembina
PAN, makanya orang-orang mengklaim bahwa PAN merupakan partainya orang Muhammadiyah.
Itulah beberapa alasan yang menyebabkan Partai Amanat
Nasional sepi kader-kader Muhammadiyah.
Daftar Rujukan
Zar, sirajuddin, MUHAMMADIYAH DI INDONESIA
1959-1966, Padang, IAIN IB PRESS : 2000
Rais Amien, Pendidikan Muhammadiyah dan Perubahan
Sosial, Yokyakarta, PLP2M : 1985
Harun Lukman, Muhammadiyah dan asas Pancasila, Jakarta,
Pustaka panji Mas : 1986
Salim Arskal, Partai Islam dan Relasi
Agama-negara, Jakarta, Pusat Penelitian IAIN : 1999
TUGAS
Sinkronisasi
PAN dan Muhammadiyah
Diajukan
untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah
Pendekatan Sejarah Politik
Oleh:
Nilma
Yola : 110 173
Dosen Bidang studi :
Muhammad
Ilham Fadli S.sos M.hum
JURUSAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (B)
FAKULTAS ADAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
IMAM BONJOL PADANG
1433 H/ 2012 M
Tidak ada komentar:
Posting Komentar