Oleh : Nilma Yola
Selain Supersemar ternyata ada
supertimar alias surat perintah sebelas maret yang disembunyikan zaman ORBA.
Isi dari SUPERTIMAR tersebut ialah penafsiran sebenarnya dari SUPERSEMAR yakni
“penyerahan atau pengalihan kekuasaan” yang dibawa dan diyakini oleh pembawa
naskah supersemar itu yakni Amir Machmud dalam perjalanan mobil sepulang dari
istana Bogor waktu itu. T. Wardaya dalam diskusinya tentang “Peralihan
kekuasaan daro Soekarno ke Soeharto” mengatakan bahwa Supersemar tidak lain adalah surat perintah harian
saja—karena itu ada tanggalnya (11 Maret). Jadi, bukan sebuah surat perintah
umum. Isinya adalah memberikan kekuasaan kepada Letjen Soeharto untuk mengambil
tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan dan ketenagan jalannya
pemerintahan dan revolusi. Itu saja sebenarnya.
Namun, ketika Shudarmono &
Moerdiono kesulitan mencari dasar hokum bagi pembubaran PKI, mereka bergembira
sekali dengan keluarnya Supersemat tersebut. Padahal, Presiden Soekarno
menegaskan bahwa Supersemar itu berlaku hanya untuk bidang Tekhnis keamanan,
bukan politis keamanan. Kemudian kerancuanpun segera bergelombang, apalagi
setelah Supersemar di TAP MPRS –kan. Sebab hanya si pembawa naskah yang
mengerti isi dari perintah itu sendiri, karna mendapat penjelasan langsung dari
Presiden, bermulalah pengaburan isi dari supersemar itu. Kemudian, ahli hokum
Tata Negara, terutama Dahlan Ranuwihardja merasa heran, kenapa bisa sebuah
surat perintah dijadikan TAP MPRS begitu saja tanpa bertanya dulu kepada
sipemberi perintah. Jadi, tidak mungkin MPR(s) melakukan sesuatu yang bukan
wewenangnya dikala itu. Bukan hanya keliru, Jendral Soeharto sebagai pengemban
supersemar sengaja menyalahgunakan mandate politik dengan membubarkan PKI
betapapun langkah itu secara kondisional adalah tepat. Mengetahui itu, Presiden
Soekarno marah dengan tindakan Soeharto dan kemudian mengeluarkan SP 13 Maret
1966, yang tidak banayk diketahui umum & generasi baru berhubung Jendral
Soeharto & rezimnya sengaja menyembunyikannya. Autobiografi Soehartopun tidak
pernah secuilpun mengatakannya. SP 13 Maret itu dibawa oleh Waperdam II Leimena
& Brigjen Hartono kepada Jendral Soeharto yang setelah membacanya Soeharto
menyatakan bahwa pembubaran PKI adalah tanggugjawabnya sendiri. Isi dari SP 13
Mare tidak satupun yang menyatakan bahwa Soeharto memperoleh kekuasaan penuh
dalam pemerintahan, disinilah banyak terdapat fakta yang dikaburkan dalam
sejarah bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar