"Beberapa Fakta mengenai Kesultanan Majapahit"
berdasarkan riset yang dilakukan oleh ahli sejarah, terungkaplah beberapa fakta mengenai Kesultanan Majapahit, diantaranya :
a. Ditemukan atau adanya koin-koin e mas Majapahit yang bertuliskan
kata-kata ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’. Koin semacam ini
dapat ditemukan dalam Museum Majapahit di kawasan Trowulan Mojokerto
Jawa Timur. Koin adalah alat pembayaran resmi yang berlaku di sebuah
wilayah kerajaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sangat tidak
mungkin sebuah kerajaan Hindu memiliki alat pembayaran resmi berupa koin
emas bertuliskan kata-kata Tauhid.
b. Pada batu nisan Syeikh
Maulana Malik Ibrahim yang selama ini dikenal sebagai Wali pertama dalam
sistem Wali Songo yang menyebarkan Islam di Tanah Jawa terdapat tulisan
yang menyatakan bahwa beliau adalah Qadhi atau hakim agama Islam
kerajaan Majapahit. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Agama Islam
adalah agama resmi yang dianut oleh Majapahit karena memiliki Qadhi yang
dalam sebuah kerajaan berperan sebagai hakim agama dan penasehat bidang
agama bagi sebuah kesultanan atau kerajaan Islam.
c. Pada lambang
Majapahit yang berup a delapan sinar matahari terdapat beberapa tulisan
Arab, yaitu shifat, asma, ma’rifat, Adam, Muhammad, Allah, tauhid dan
dzat. Kata-kata yang beraksara Arab ini terdapat di antara sinar-sinar
matahari yang ada pada lambang Majapahit ini. Untuk lebih mendekatkan
pemahaman mengenai lambang Majapahit ini, maka dapat dilihat pada logo
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, atau dapat pula dilihat pada
logo yang digunakan Muhammadiyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Majapahit sesungguhnya adalah Kerajaan Islam atau Kesultanan Islam
karena menggunakan logo resmi yang memakai simbol-simbol Islam.
d.
Pendiri Majapahit, Raden Wijaya, adalah seorang muslim. Hal ini karena
Raden Wijaya merupakan cucu dari Raja Sunda, Prabu Guru Dharmasiksa yang
sekaligus juga ulama Islam Pasundan yang mengajarkan hidup prihatin
layaknya ajaran-ajaran sufi, sedangkan neneknya adalah seorang muslimah,
keturunan dari penguasa Sriwijaya. Meskipun bergelar Kertarajasa
Jayawardhana yang sangat bernuasa Hindu karena menggunakan bahasa
Sanskerta, tetapi bukan lantas menjadi justifikasi bahwa beliau adalah
seorang penganut Hindu. Bahasa Sanskerta di masa lalu lazim digunakan
untuk memberi penghormatan yang tinggi kepada seseorang, apalagi seorang
raja. Gelar seperti inipun hingga saat ini masih digunakan oleh para
raja muslim Jawa, seperti Hamengku Buwono dan Paku Alam Yogyakarta serta
Paku Buwono di Solo. Di samping itu, Gajah Mada yang menjadi Patih
Majapahit yang sangat terkenal terutama karena Sumpah Palapanya ternyata
adalah seorang muslim. Hal ini karena nama aslinya adalah Gaj Ahmada,
seorang ulama Islam yang mengabdikan kemampuannya dengan menjadi Patih
di Kerajaan Majapahit. Hanya saja, untuk lebih memudahkan penyebutan
yang biasanya berlaku dalam masyarakat Jawa, maka digunakan Gajahmada
saja. Dengan demikian, penulisan Gajah Mada yang benar adalah Gajahmada
dan bukan ‘Gajah Mada’. Pada nisan makam Gajahmada di Mojokerto pun
terdapat tulisan ‘La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah’ yang
menunjukkan bahwa Patih yang biasa dikenal masyarakat sebagai Syeikh
Mada setelah pengunduran dirinya sebagai Patih Majapatih ini adalah
seorang muslim.
Sekarang sudah terdapat bukti yang menerangkan mengenai Majapahit sebagai Kerajaan Islam yang pernah mengalami kejayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar